Akal dan Kitab Suci -2-
Sunday, July 26, 2009
Akal tanpa cinta hanya akan membuat manusia sampai pada tingkat ilmu mempertanyakan kitab suci dan menyetarakan tuhan.
Jika akal menjadi busur, kitab suci menjadi panah, ilmu yang menjadi arah maka cinta adalah kekuatan untuk mengarahkan.
kitab suci yang begitu padat tidak akan dipelintir oleh akal jika ada cinta yang mendampinginya.
Output perilaku yang diciptakan akal melalui kitab suci tidak akan membawa kebaikan jika tidak diikuti cinta.
Tak kenal maka tak sayang..
Cinta mengenalkan manusia pada tuhannya
Cinta mengenalkan manusia pada kehidupannya.
Relatif dan padat akan jelas batasnya ketika dimasuki cinta.
Di kitab suci manapun, ada dosa untuk kejahatan, ada pahala untuk kebaikan.
Tapi manusia menembus sendiri batas 'manusianya' untuk merasa punya hak atas kehidupan.
Pertanyaan dasarnya adalah, apa kau percaya tuhan..?
Kalau ada yang bilang tidak, lalu kenapa kau begitu takut pada kematian..?
jika kau tidak percaya, kenapa kau bisa bangun pagi ini..?
Proses tidur bahkan tidak sampai ilmu manusia untuk mengolahnya, lalu dimana akalmu ketika kau merasa mempertanyakan si pemilik tidurmu.
Kalau kau percaya tuhan, maka poin dasar untuk percaya adalah cinta.
Kau cinta pada orangtuamu, maka kau akan percaya pada mereka.
Jika kau cinta pada istrimu, kau akan percaya padanya, maka cemburu, iri, curiga, akan hilang dengan sendirinya.
Jika kau mencintai istrimu, maka kau akan mencintai hidupnya, kau akan mencintai pekerjaannya, kau akan mencintai keluarganya, kau akan mencintai semua yang ada dalam bagian hidupnya.
Kau akan mencintai rambutnya, hidungnya, kukunya, matanya dan semua komponen hidupnya. Disitulah akalmu kau arahkan..
Hidup punya aturan..
Sekarang apa kau percaya pada si pengatur hidup..?
Jika kau percaya, maka kau akan percaya pada peraturannya..
Jika kau percaya tuhan, kau harus percaya pada pada ciptaannya..
maka kembali lagi ke posisi awal, jika kau percaya tuhan, dasarnya adalah cintamu padanya..
Lalu apa yang kau harapkan dari tuhan..? tentu cintanya padamu..
Kau mencintai tuhan, kau harus mencintai langit, kau harus mencintai pohon, kau harus mencintai daun, kau harus mencintai burung, kau harus mencintai apa saja yang dicintai tuhan.
Kau mengharapkan cintanya, makanya kau percaya padanya.
Kau mencintai tuhan, kau mencintai ciptaannya, kau percaya tanah itu ciptaan tuhan maka kau mencintai tanah, maka kau mencintai padi karena padi ditanam di tanah, kau akan mencintai makananmu, karena ada padi disana, maka kau mencintai kesehatanmu dengan memilih makanan yang baik untuk kesehatanmu.
Lalu padat dan relatif itu akan dicerna sendiri oleh akal, tidak perlu ada resep dokter untuk kesehatan dan larangan ini itu tentang kesehatan jika manusia menggunakan akalnya seperti di atas.
Banyak lagi contohnya, bahkan hal terkecil dalam hidup manusia tidak ada yang tidak berhubungan dengan tuhan.
Manusia modern sering memotong akalnya dalam siklus seperti di atas.
Manusia mencintai tuhan, tapi tidak mencintai hutan malah sangat cinta pada uang. Bukankah hutan termasuk dalam proses uang..?
Ada kertas disana, ada kayu, ada pohon, pastinya ada hutan. Mesin pencetak uang juga diurai menjadi satu persatu maka pasti ada hutan disana.
Jika manusia percaya ada tuhan dalam uang, akankah manusia menyalahkan uang atas nasib hidupnya..?
Manusia modern membuat semuanya terbalik..
Membenturkan yang padat seolah-olah bisa dicairkan dan mengeraskan yang relatif itu..
Harusnya mengeraskan yang padat dan membenturkan yang relatif sehingga tercipta kreativitas dan keindahan.
Benturan dalam wilayah padat membuat manusia menguasai, benar salah terletak di tangan manusia. Dia yang benar dan manusia yang lain salah, karena ego manusia tidak mau di pihak yang salah.
Coba benturkan ke wilayah relatif, Teknologi contohnya. internet bukankah kreativitas di wilayah relatif..? kita bisa chatting, ngeblog, tukar informasi dan banyak hal lain. Coba diurakan, bukankah itu hanya terdiri dari kabel, gelombang, komputer yang isinya kalo diurai jadi hal-hal yang biasa kita lihat di sekitar.
Benturan di wilayah relatif akan menghidupkan yang mati dalam diri manusia.. akal bekerja menjadi ilmu.
Seperti sebuah lagu, jika surga dan neraka tak pernah ada, apa yang dicari manusia..?
Manusia mencari surga atau mencari cintanya tuhan..?
Kalaupun ada surga dan neraka, apakah manusia akan tetap mengejar surga jika ternyata Tuhan lebih sering di neraka..? *saya tidak menyuruh orang masuk neraka..
Bukankah neraka juga punya tuhan..? manusia ingin surga tapi tidak mau ke neraka.
Cinta, akal,kitab suci dan ilmu akan berkombinasi menempatkan manusia pada satu titik, bersyukur.
Bersyukur karena percaya pada tuhan.
Kalau dikembalikan ke peradaban sebelum kitab suci, apakah orang percaya pada apa yang dia percayai..? Iya
Tidak ada peraturan hidup, tapi percaya. Terlepas yang dia percayai itu benar atau salah, tapi konsep cinta yang akhirnya membuat akalnya percaya pada apa yang dia percayai itu yang harus dilihat.
Ketika sudah ada kitab suci, percaya itu yang tidak dibangun oleh manusia modern dalam arti kehidupan.
Kenapa kita berdebat di wilayah yang jelas sekali padat.
'Jadi tidak boleh membedah kitab suci..?' justru karena manusia punya akal maka kitab suci itu dijadikan ilmu hidup.
kembali lagi ke kalimat awal, percaya.
'Lalu kenapa ada kitab suci kalau kita sudah percaya...?' justru melalui kitab suci akhirnya manusia modern percaya, kalau tidak ada bagaimana kita percaya tuhan, kita bukan nabi.
Satu tidak pernah benar-benar satu artinya, karena manusia modern tidak percaya satu itu satu.
Presiden tidak pernah benar-benar presiden dalam arti presiden sebenarnya, karena presiden tidak percaya, presiden itu presiden dalam hukum hidup. *bingung kan..
Presiden sewaktu-waktu jadi pedagang, jadi pengusaha, jadi tukang kredit, jadi sopir.
Sekali lagi, kita sebagai manusia modern sangat-sangat rewel untuk urusan percaya.
Cinta mengarahkan akal kita untuk percaya pada yang membuat peraturan hidup, menyakini aturan hidupnya dan menggunakan akal kita menjadi ilmu untuk mencari cinta sang pemberi akal.
*huah.. mumet saya nulisnya.
Kadang apa yang dipikir itu ketika jadi sebuah tulisan malah membingungkan.
Semoga bermanfaat, ini hanya artikel, ambil saja yg baik karena ini murni muncul dari pemikiran yang tanpa referensi.
Hanya melihat, mendengar dan memperhatikan dari sekitar..
Besok-besok saya nulis yang ringan2 aja.. mumet saya.. :D
Link Terkait
Akal dan Kitab Suci
0 comments:
Post a Comment