Search This Blog

Cpx24.com CPM Program

Tentang Hujan Dan Sebuah Cerita Dari Selatan

Wednesday, March 10, 2010

Sepertinya langit sedang marah, atau kita yang sudah tidak mengerti bagaimana cara berteman dengan alam.

Sudah dua hari ini Yogya diteriaki petir dan hujan angin yang cukup ekstrim.
Kemarin aku di rumah, menemani keponakan2ku dan memindahkan barang-barang penting yang sedang dirembesi hujan.
Sambil mendengarkan petir dan kilat yang bersahut-sahutan, menggantikan suara tv yang sudah tidak menyala lagi, mati lampu.

Dulu aku paling takut mendengar suara petir, tapi kemarin aku menikmati setiap suara yang dihasilkan langit.
Sampai isya hujannya tidak berhenti, syukurlah keponakan2ku tidak terlalu takut akan gelap, malah bermain meniup lilin-lilin yang dinyalakan, menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
Aku menikmati semuanya, celotehan bocah-bocah dan irama hujan.

Selepas isya baru hujannya agak reda, walau masih menetes tapi pelan-pelan. Gerimis.
Aku dihubungi seorang teman, mengajak keluar untuk sekedar menghabiskan malam dan kusuruh menunggu sampai orangtua keponakanku tiba di rumah.
Tidak lama mereka datang, dan aku pergi, menghabiskan malam sambil ngopi2. Ditemani gerimis.

***

Hari ini aku ke pameran buku, hanya melihat-lihat.
Melihat buku-buku diskon yang ternyata menggoyahkan iman, membeli satu buku, padahal aku sedang tidak minat membaca.
Setelah dari pameran buku, aku berjalan-jalan. Mengikuti arah stang motorku yang entah kemana, tanpa tujuan.

Lalu aku teringat, kalau tali jam tanganku putus dari dua minggu yang lalu dan belum sempat kuperbaiki, tepatnya sih diganti.
Kubawa motorku ke arah selatan, ke tempat yang aku tahu adalah tempat terbaik untuk urusan bahan kulit, Manding.

Sampai disana, bertanya sana sini, hingga akhirnya aku ke tempat pembuatan kulitnya, memberi contoh kulit jam tanganku yang untungnya kubawa di tas kecilku.
Cukup 15 ribu dan aku dijanjikan kulit yang setara dengan aslinya.

Santai sejenak di angkringan untuk membasahi kerongkongan dan mengasapi mulutku.
Ngobrol ngalor ngidul dengan si penjual angkringan tentang hujan kemarin, tidak terasa, langit mulai menghitam.

Kuputuskan untuk segera pulang, takut hujan segera turun dan aku tidak membawa jas hujan.
Baru sampai perempatan Manding, gerimis sudah turun.
Aku tidak berbelok ke kiri ke jalan Parangtritis, lurus terus melewati jalan yang bukan jalan utama yang aku tahu tembusnya adalah jalan Imogiri. Lebih cepat ke Jalan Solo, pikirku.

Sampai di jalan Imogiri, hujan sudah tidak tertahan, tumpah ruah membasahi apa yang ada di bawahnya, tetap dengan kilat dan petir-petirnya.
Basah, dan mencari tempat berteduh, akhirnya aku menemukannya juga.
Berteduh bersama beberapa motor dengan kondisi yang sama denganku, tanpa jas hujan.

Aku memandang sekitar, melihat sawah dan lalu lalang kenderaan yang menerobos hujan.
Ada lapangan luas lalu agak jauh ada sebuah Rumah Sakit, dan tiba-tiba aku merasa mengenal tempat ini.

Tempat yang sekitar empat tahun lalu pernah menjadi tempat wara-wiriku hampir 2 minggu bersama teman-teman kampus.
Sekedar membantu apa saja, menguatkan hati saudara-saudaraku yang tertimpa musibah yang bernama gempa bumi.

Aku menatap rumah sakit itu dari kejauhan, lebih besar dari yang dulu dan sedang diperbaiki, mungkin akan dibuat lebih besar.

Syukurlah sekarang setiap orang yang kutemui di tempat ini bisa memberi senyum tulus, walau dulu mereka begitu banyak kehilangan.

0 comments:

Post a Comment

Sonic Run: Internet Search Engine
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger template Brownium by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP