Karena Dia Ada
Monday, August 10, 2009
leave nothing but footprints
take nothing but picture
kill nothing but time
Sekitar pertengahan 2005, ketika nongkrong dengan teman2 SMA yang sama2 mengadu nasib di kota pelajar.
Seorang teman bercerita tentang merapi, dan reaksi alami anak muda waktu itu adalah mencoba.
Berlima, tanpa pengalaman sama sekali, hanya bermodal nekad dan cerita dari seorang teman yang baru mendapat cerita dari temannya tentang merapi.
Berangkatlah lima orang sok jagoan untuk mendaki merapi, tanpa persiapan yang matang dan logistik yang memadai.
Yang paling banyak dibawa adalah rokok dan air api.
Dan terbukti, lima orang sok jagoan sudah kehabisan bekal di tengah2 perjalanan, hanya tekad yang masih ada.
Berkat bantuan tuhan, ternyata lima orang sok jagoan itu berhasil ke puncak.
Tertawa puas di puncak garuda..
Merapi, agustus 2005 *ketika itu puncak garuda masih utuh, belum hancur kena gempa.
it's not the mountain we conquer, but ourselves - Sir Edmund Hillary
Ketika sedang ngumpul di kampus, teman2 merencanakan untuk mendaki merapi, merayakan kemerdekaan di atas sana.
Teman2 mengajak, aku bergeming.
Dua tahun sudah lewat, cerita tentang merapi bahkan sudah terlupakan.
Sedikitpun sudah tidak ada niat naik gunung lagi, cukup sekali.
Seorang teman berkata 'lihatlah gunung itu kawan, setiap hari kita lihat dari bawah sini. Apa kau tidak ingin melihat apa yang dilihat oleh gunung itu.'
Degghhh....
Dan inilah aku, yang kembali lagi ke merapi dengan persiapan yang lebih baik.
Kembali tertawa puas di puncak garuda.
Merapi 17 agustus 2007 *puncak garuda sudah berubah, terkena gempa tahun 2006.
Setahun lewat, merapi membuatku jadi sangat betah untuk kembali lagi mendaki gunung. Ada sesuatu yang menarikku untuk kembali naik.
Dari Merbabu sampai Sindoro, Dari lawu sampai Gede-Pangrango, kunaiki hanya untuk sebuah kenikmatan.
Melihat edelweis tumbuh, bunga abadi yang sayangnya banyak dipaksa pindah tempat oleh orang2 yang merasa bunga itu lebih pantas di rumah pacarnya.
Gunung menjadi candu, selalu membawa cerita hidup.
Teman2 mengajak naik gunung lagi, tapi bukan merapi.
Gunung yang berbeda, lebih tinggi dan lebih jauh lokasinya.
Tanpa berpikir, langsung ikut.
perjalanan hampir 10 jam naik motor melewati banyak kota dan berbagai kejadian selama perjalanan.
Kembali lagi aku ke puncak, gunung tertinggi di jawa tengah dan kedua di jawa.
Menyenangkan ketika kau berdiri di puncak dan awan ada di bawahmu, memandang keajaiban tuhan.
Merayakan kemerdekaan di atas sana.
*ada cerita seru ketika perjalan pulang, dari 7 motor yang ikut pulang, semuanya kena musibah. Enam motor bocor ban dan satu motor jatuh terselip di lubang, untung tidak apa2. Motor terakhir yg kena musibah kebetulan aku yang bawa. Sedang menunggu tambal ban, seorang teman nyeletuk.. 'mungkin kita lupa berdoa kali pas kita pulang, ayo kita berdoa dulu.' Dan percaya atau tidak, setelah itu semua mulus sampai tujuan pulang.
Slamet, 17 agustus 2008
Baru saja aku kembali dari gunung gede awal juni lalu.
Seorang teman bilang.. '17 belasan di semeru gimana..? mau..?'
Seperti sebuah iklan provider kartu hp.
Menggoda.. jelas sangat menggoda.
Bagaimanapun, semeru sebuah mistis buatku.
Setiap orang yang pernah naik dan bercerita tentang semeru selalu membuatku cemburu.
Aku ingin melihat memorial Soe Hok Gie dan Idhan Lubis, menulis di atas danau Ranu Kumbolo, melewati Tanjakan Cinta dan berfoto dengan latar letusan Mahameru.
Tapi sayang, kali ini aku harus berkata tidak.
Aku harus berlomba dengan kenyataan.
Masa depanku sudah lama kuabaikan, dan ini harus diprioritaskan.
Semeru, mungkin tidak sekarang aku datang.
Tapi pasti aku akan datang, tertawa puas di puncak mahameru.
agustus 2009.
Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat beban
Bertahan didalam dingin
Berselimut kabut Ranu Kumbolo
Menatap jalan setapak
Bertanya-tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa
Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji
Oleh ganas cengkraman hutan rimba
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak abadi para dewa
Mahameru-Dewa 19
0 comments:
Post a Comment