Pemuda Dan Penjaga Hujan
Saturday, August 1, 2009
Terlihat lelah, tapi segaris senyum masih sempat tersungging di bibir keriput, seorang manusia lanjut yang masih gagah menantang hidup.
Senja sore ini kelihatan indah sekali, seindah hati laki-laki tua yang merasa dirinya masih berguna untuk orang lain.
Menyeruput es degan, ah segar sekali.
Memandang pepohonan yang anginnya mulai usil mempermainkan dahan si pohon. Sore ini anginnya sedang sentimen, gumamnya dalam hati.
Indahnya hidup di negeri ini, selalu ada cerita di sudut-sudut.
Laki-laki tua teringat masa mudanya, sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuknya keramaian.
Bermain di kali, mengejar burung atau menikmati suara azan yang terdengar dari surau kampung.
Ketika sedang asyik mengenang, tanpa sadar si lelaki tua merasa ditemani.
Seorang anak muda, dengan pakaian necis habis dari loundry, duduk disampingnya, memesan es degan.
Menunggu..
Sepertinya lama, si penjual masih sibuk dengan urusan lain.
Adek dari mana..? si lelaki tua tersenyum menyapa.
Habis lihat pernikahan sodara. Si pemuda tersenyum, sambil mengeluarkan hp, mencoba menghubungi seseorang.
Telepon tersambung, si lelaki tua meneruskan acara minum es nya.
Si pemuda mengumpat, kesal dengan orang yang diteleponnya.
Apaan mereka minta nambah, gak ada itu, kan tadi udah deal segitu, malas saya kalo udah urusan kayak gini. Si pemuda menutup teleponnya.
Rupanya si pemuda kesal dengan pembayaran katering di pernikahan saudaranya.
Menunggu es degan, haus..
Orang-orang negeri ini pada pintar-pintar ngibulin orang ya pak, kesal saya. Pemuda itu mengomel.
Lelaki tua tersenyum.
Kebanyakan korupsi di negeri ini pak, saya baru pulang setelah 6 tahun di London, itu juga karena saudara saya nikah. Kalo gak, beuh.. boro-boro saya mau pulang kesini. Si pemuda nyerocos, mulai habis kesabaran. Sepertinya si pemuda butuh pelampiasan.
Si penjual masih menyiapkan pisau untuk memotong kelapa.
Kreatif itu dek, usaha. Lelaki tua tertawa.
Negeri ini negeri orang pintar dek, apa aja bisa dilakonin.
lihat itu tukang es degan, ndak ada adek temuin di luar negeri orang motong kelapa sambil sms-an. Itu kalau bukan orang pintar gak bisa dek. Lelaki tua terkekeh..
Ah bapak bisa aja. Pemuda itu tersenyum, lalu memperhatikan si penjual memotong kelapa.
Orang-orang disini itu kerja apa saja bisa dek.. tuyul aja bisa disuruh kerja, mau ngepet juga ada dek, ndak usah heran. Lelaki tua tertawa lebih lebar.
Saya gak percaya yang gituan pak, gak masuk akal. Di luar, orang berpikir pake logika pak, makanya negeri ini gak maju-maju. Kata si pemuda sambil melirik sang penjual, haus.
Makanya ndak usah pusing mikirin orang di negeri ini, tuhan aja bisa diajak kompromi, susah kalo pake logika. Lelaki tua tersenyum, teringat doa-doanya sewaktu masih bandel.
'ya Allah, aku memang tidak pantas ke surgamu, tapi jelas aku tidak sanggup kalo masuk nerakamu'.
Pemuda tertawa, bukan membenarkan. Hanya mengukur, ternyata tidak sesuai.
Terdiam, waktu terus berjalan
Ada jeda setelah datangnya es degan dari si penjual yang kata si lelaki tua itu kreatif.
Matahari tertutup awan, mendung.
Ngomong-ngomong bapak kerjanya apa..? si pemuda tiba-tiba bertanya
Terkejut, lalu tersenyum. lelaki tua menoleh sambil menyalakan rokoknya..
saya kerja serabutan dek, ya apa aja yang bisa dikerjakan ya dikerjakan.
Ndak bisa dibandingin sama di luar negeri dek. lelaki tua menebak pikiran si pemuda.
Dan bukan saya aja dek yang kerja serabutan, hampir semua orang di negeri ini ya kerjanya serabutan.Lelaki tua tertawa.
Lho ada gitu ya pak.. si pemuda tersenyum. Senyum heran.
Kadang saya jualan, kadang saya jadi penulis, kalo ada kerja membangun ya saya ikut jadi kuli. Kalau ada yang berantem ya saya jadi hakim, Kalau ada apa-apa ya saya jadi apa-apa dek.
Si lelaki tua tertawa lebar, menghisap rokoknya lalu tertawa lagi.
Si pemuda tertawa, mulai nyambung logikanya.
Bapak habis dari mana tadi..? si pemuda bertanya, mungkin melihat raut lelah di wajah lelaki tua.
Oh.. saya tadi habis kerja di gedung pemuda, bantuin orang nikah.. kata si lelaki tua.
Loh.. di gedung pemuda ya.. saya juga dari sana pak, sodara saya nikah disitu. Si pemuda kaget, tidak menyangka kebetulan ini.
bantuin apa pak..? si pemuda bertanya lagi.
Es degan sudah habis. penjual es sedang menelepon dari hpnya. jadi makelar dia sekarang.
Bantuin buat melancarkan pernikahannya. si lelaki tua membuang rokoknya.
Emang lancar kok pak, trus bapak di bagian mana tadi..? kok saya gak liat.
Dari katering sampai bagian dokumentasi saya yang urus. pikir si pemuda
Lelaki tua tersenyum, langit semakin gelap. Lihatlah, angin mulai berontak..
Saya yang jagain hujan.
Hah..
Si pemuda sukses terdiam, bengong lebih tepatnya.
Logikanya belum sampai kesitu..
Lelaki tua tersenyum, Begitulah negeri ini.
Saya duluan dek, sebentar lagi mau hujan.
Ditulis untuk Creative Theme Day#3: 100% Indonesia Kreatif!
0 comments:
Post a Comment