Gempa, Kelas Baru Dan Batik
Saturday, October 3, 2009
Ingin aku bertanya pada tuhan, apakah kita terlalu disayang hingga selalu diberi perhatian olehNya.
Atau memang kita seperti lagu Ebiet yang membuat alam bosan bersahabat dan memilih marah dengan caranya.
Pelajaran tentang bumi dan alam semesta telah terkubur di gudang buku2 SD.
Mungkin dulu kita *khususnya aku* malas memahami tentang arti 60LU-110LS dan 95-141 BT, diapit dua benua dan dua samudera.
Jantung khatulistiwa, dilewati garis equator dan berada di atas lempeng bumi.
Dari dulu mungkin kita *lagi-lagi khususnya aku* tidak detil mencermati cerita2 rakyat yang sudah terlupakan sekarang.
Beberapa kejadian, seperti Sangkuriang yang menjadi Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Roro Jonggrang dan banyak lagi selalu diakhiri dengan peristiwa alam.
Bukankah kita begitu dekat dan bahkan sudah 'berteman' dengan kejadian2 itu, dari jaman nenek moyang kita yang katanya pelaut itu.
Kejadian gempa di Sumbar membangunkan kita lagi, bahwa alam kesal karena selalu dicurangi.
Mari kita memberi bantuan, apapun itu bentuknya sambil memikirkan lagi ke depan untuk mencoba 'berteman' lagi dengan alam.
Yang belum tahu, mulailah mengenal.
Yang paham ilmu, mulailah berbagi
Yang punya akses, mulailah menyebarkan.
Benar, bencana alam memang tidak bisa dicegah, tapi percayalah kita bisa meminimalisir dampaknya.
Ada satu hal yang membuatku sedikit miris akan kejadian gempa ini, banyaknya siaran di tv yang selalu memutar adegan yang sama, tentang tangisan yang videonya hampir 24 jam diulang terus.
Aku bukannya tidak berempati, gempa itu sudah menghancurkan semua yang mereka punya, jangan lagi menghancurkan hati keluarga2 mereka yang berada jauh dari mereka dengan selalu menampilkan gambar yang sama setiap waktu.
Jengah aku mendengar si reporter bertanya 'seperti apa rasanya waktu itu' atau 'bagaimana perasaan bapak setelah tahu keluarga bapak tertimbun di bawah reruntuhan'.
Mereka butuh bantuanmu, bukan pertanyaan yang akan membuat mereka menangis lagi.
Mereka mau bantuan, bukan simpati atau teman menangis. Bantuan yang akan membuat kepala mereka tegak, percaya mereka bisa bangkit dengan harapan dan hidup yang baru.
Lalu aku Ingin bertanya pada 'kelas baru' itu, butakah mereka dengan kenyataan di depan mereka.
Melihat mereka memamerkan jas baru keluaran loundry terkenal itu, dengan tampang sumringah bersalaman dan berbisik-bisik tentang gaji pertama mereka.
Pelantikan itu, peresmian kelas baru yang menghabiskan dana yang begitu besar, apalagi yang mau diharapkan dari mereka.
Masalah artis bokep yang mau datang kesini saja mereka ributnya setengah mati, membuat UU dan interupsi, mereka jagonya.
Duh... pekalah sedikit, coba kalian bergeser sedikit dari kursi nyaman itu dan lihat sekeliling.
Banyak orang miskin, negeri kita baru tertimpa musibah dan kalian tetap 'show must go on'...?
Terus terang buat para wakil rakyat di kelas baru itu, pesimis aku membayangkan negeri ini di tangan kalian.
Terakhir, ingin aku bertanya pada euforia ini, perlukah membuat sebuah hari khusus untuk batik.
Kemarin hampir semua memakai batik, mengikuti himbauan karena telah disahkannya batik sebagai milik negeri ini.
Pantaskah kita bereuforia dengan 'mewajibkan' satu hari khusus berbatik ria, dan memandang aneh orang yang tidak berbatik di hari itu.
Tidak punya nasionalisme, begitulah anggapan untuk yang tidak memakai batik.
Tiap orang di negeri ini pasti setuju, yang punya batik adalah kita.
Lalu nasionalisme itu akhirnya diukur dari selembar kain bernama batik...? mengherankan.
Batik adalah budaya, punya nilai sejarah yang panjang, banyak nilai hidup yang ada di kain batik.
Tidak perlu menunggu UNESCO baru memakai batik, janganlah memakai batik hanya untuk memperingati 'hari batik'.
Memang ada untungnya pengakuan itu, kita jadi lebih memperhatikan batik, yang artinya akan berdampak pada kesejahteraan pembuat batik, tapi untuk 'hari khusus itu', aku benar2 heran.
Kalau memang begitu pentingnya pengakuan dari luar sampai dibuat sebuah hari yang khusus memakai batik, maka atas nama nasionalisme bersiaplah..
Mungkin dalam waktu dekat UNESCO juga akan mensahkan koteka sebagai warisan budaya negeri ini.
Buatlah hari khusus, jika memang tidak mau dibilang pilih kasih.
0 comments:
Post a Comment