Aku Ingin Memaki
Tuesday, September 29, 2009
Kadang merasa telah memukul karang, apa daya ternyata cuma angin lalu.
Aku tidak tahu menggambarkan perasaanku hari ini.
Kalau ada gabungan perasaan marah, kecewa, menyesal mungkin itulah yang yang kurasakan.
Tidak besar memang masalahnya, tapi kalau diingat, sungguh aku tidak rela kejadian hari ini.
memang hanya soal jadwal ujian sidang yang diundur, cuma itu.
Aku memulai hari ini dengan baik-baik saja, lalu berangkatlah ke kampus, niatnya hanya untuk ketemu teman2 yang memang janjian ngumpul di kampus.
Sudah sampai di kampus, berbincang dengan beberapa teman, lalu ngecek2 papan pengumuman, mungkin saja ada info baru.
Dan benar saja, info jadwal sidang itu sudah berubah, tapi belum ada keterangan resmi tanggal pengundurannya.
Bergegaslah ke ruang dosen, kosong.. *dosen-dosennya pada lagi maaf2an di kampus satunya*
Tidak ada cara lain, menunggu.
Siang, itu dosen2 mulai berdatangan.
Mulailah aku bertanya pada dosen pembimbing..
'jadwalnya ganti lagi bu..?' *lagi, berarti sudah pernah ada pergantian*
'iya, soalnya yang minggu depan dosen2 pada gak bisa'
'ganti tanggal berapa bu..?'
'12-13'
'hah... tanggal segitu bu, emang yang minggu depan gak bisa diadain bu..?'
'kamu mau ujian gak pake dosen..?'
'emang dosen2 pada kemana bu..?'
'ke Bali'
'acara apa bu..?'
'liburan aja...'
Woo.. pengen mukul orang rasanya...
Kalau diingat-ingat, pengorbanan untuk semuanya sepertinya tidak sebanding dengan jawaban 'liburan' itu.
Ketika kutahu ada jadwal sidang seminggu setelah lebaran, kurelakan lebaranku kali ini demi itu, demi jadwal yang minggu terakhir puasa ternyata diundur ke dua minggu setelah lebaran.
Aku bersikeras tidak mudik, ibuku sampai memohon menyuruhku pulang ketika awal2 puasa kesehatan ayahku menurun.
Aku dilema selama puasa, setelah aku berbincang dengan kakakku dan dia memutuskan untuk mudik, aku sedikit lega berarti ada yang menjaga ayahku selama puasa.
Kekesalanku terjadi di minggu terakhir puasa, setelah kutahu jadwal itu diundur dan tiket mudik sudah tidak ada.
Tapi aku berdamai dengan keadaan, mungkin memang jalannya begitu.
Tapi untuk hari ini, ketika jadwal itu diundur lagi... damn... aku benar-benar tidak rela...
Ingin aku teriak pada mereka yang akan 'liburan' itu, bagaimana sedihnya lebaran tanpa keluarga, bagaimana rasanya mengambil pilihan yang ternyata bukan pilihan.
Bagaimana aku menangis tertahan ketika ibuku mengatakan 'pulanglah, siapa tahu lebaran ini terakhir kamu mencium tangan ayahmu..'
Anak mana yang tidak merasa durhaka ketika menjawab 'ibu, aku tidak pulang lebaran ini', tahukah kalian yang akan 'liburan', betapa panjangnya doaku pada malam itu.
Ketika kutanya kepada petugas TU
'pak jadwal ujian bisa dpilih gak..?'
'gak bisa mas, tergantung dosennya dan biasanya keluar sehari sebelum ujian..'
'kalo aku minta tanggal 13 boleh gak pak..?'
'ndak bisa mas, itu ketentuan'
'Abangku nikah e pak, mbok dicariin solusinya, kan bapak yang ngatur jadwal dosen dan penetapan dosennya..'
'solusinya ya milih ngadirin pernikahan apa mau ujian...'
'Sigh...'
*apa pak, sini keluar biar kupotong lidahmu itu, omonganmu tidak mencerminkan betapa tua dan pengalamannya kau mengurus yang beginian.*
Beneran, untung emosiku masih bertahan di kadar normal, kalau tidak sudah kumaki-maki itu si bapak.
Tanggal 12-13, itu tanggal biasa memang, tapi dimundurkan sehari lagi, itu tanggal bersejarah buat keluarga kami.
Abangku akan menikah hari itu dan aku disuruh memilih lagi.. *sigh*
Dan untuk sebuah 'liburan', aku benar2 tidak ikhlas.
BRENGKES...PRETKAM...
*ujung2nya blog ini yang jadi tempat sampah*
0 comments:
Post a Comment