Tadi malam, ketika sedang asyik menjelajah dunia maya, seorang teman kos memanggilku ke kamarnya.
Memperlihatkan sebuah video di komputernya, video yang sebetulnya aku sendiri sudah lupa.
Video tahunan anak2 SMA negeri di Magelang.
Kalau aku tidak lupa, video itu diambil bulan Mei-Juni. Entahlah, memoriku tidak menyimpannya dengan baik.
Ketika tombol play dimainkan, treng...
Muncullah wajah anak2 SMA yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar, suasana sekolah yang nyaman dan hiruk pikuk kehidupan sekolah pada umumnya.
Ada satu hal yang membuat temanku itu senyum2 menjijikkan dari awal video itu diputar, kadang tertawa menyebalkan sambil mengejek.
Bukan videonya yang jelek, tapi karena aku ada disana.
Yup, aku ada di video itu, video tahunan anak2 SMA itu.
***
Sabtu, di sebuah warung kopi. Bulan Mei atau Juni.
"Besok ikut ke Magelang ya.." temanku bercerita kalau dia dan dua orang temannya dapat job untuk membuat video tahunan sebuah SMA. Sebuah pekerjaan sampingan anak Komunikasi yang ternyata bisa menghasilkan rupiah.
"Lha yang dapat projek kan kalian, aku ngapain ikut, malas.." jawabku sekenanya.
"Ikut ajalah, kita cuma bertiga nih. Udah carter mobil juga. Ayolah, hitung2 ngeramein, ntar jalan2 juga kok."
"Halah, jalan2 apaan. Bilang aja buat bantu angkat2 barang. Kabel, lampu, kamera, ya kan..."
"Hahaha, ya gak segitunya, kalau itu kan bareng2. Udah ikut aja ya.."
Setelah beberapa lama saling ejek, akhirnya aku memutuskan ikut kesana.
Tidak ada salahnya juga, apalagi aku mengenal mereka bertiga. Yo wes lah, hari minggu juga tidak ada rencana kemana-mana.
Besoknya kami berempat berangkat ke Magelang.
Hanya budaya karet yang membuat kami jadi terlambat, itupun gara2 telat bangun. Selebihnya perjalanan kesana mulus kami lalui.
Anak2 SMA itu sudah menunggu hampir dua jam, tapi mereka maklum atas keterlambatan kami. Udah biasa, itu mungkin pikiran mereka.
"Mas, guru2 gak ada yang bisa" Seorang anak, mungkin ketua dari projek ini memberitahukan pada temanku bahwa guru2 sekolahnya tidak ada yang bisa hadir. Padahal ada bagian kelas di video itu yang mengharuskan adanya seorang guru. Tidak lucu nantinya, kelas tanpa guru. Mungkin juga karena ini hari minggu, guru2 itu lebih merasa wajib untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya.
"Waduh, gimana ya.."Sambil menyiapkan peralatan untuk pengambilan gambar video dan mengatur pencahayaan ruangan, temanku berpikir sejenak.
"Kamu aja yang jadi guru.." Dengan santainya dia berkata sambil mengarahkan wajahnya padaku.
"Ngawur.. emoh aku" Apa coba itu maksudnya menjadikanku Oemar Bakrie. Tidak ada potongan seorang guru di wajahku, jelas aku menolak.
"Iya, kamu aja. Kasihan anak2 ini, lagian ini adegan2 terakhir. Masak kita harus balik lagi kesini, Yogya-Magelang lumayan ngabisin lho.." Dua temanku yang lain mencoba meng-gol-kan ide Oemar Bakrie versi Don Juan itu.
"Kampret semua nih, jangan2 tujuan kalian bawa aku kesini memang buat antisipasi ini kan.. ah, pantes semangat banget ngajak aku. Curut...!!!"
"Iya mas, mas aja yang jadi guru. Dipantes2in aja.." Seorang anak malah ikut ngerusuhi, ditambah anak2 lain yang ikut mengiyakan.
"Udahlah bro, demi lho ini.. demi.."
"Demi opo, demit kabeh.."
***
Jadilah Aku Oemar Bakrie dadakan, dan yang parahnya, dialognya banyak sekali.
Dari menegur sampai memberi nasehat, pakai kostum batik dan celana kain, kacamata, sampai sisiran guru tahun 45. Apalagi rambutku sedikit gondrong waktu itu, gak ada potongan guru sama sekali. Ini sih cari mati namanya.
Tapi anak2 itu benar2 membantuku. Tidak mudah memang, aku yang jelas2 tidak ada bakat di depan kamera, tanpa latihan sama sekali, harus memerankan seorang guru kelas.
Improvisasi aja, begitu kata temanku si penggagas ide gila ini. *Improvisasi gundulmu, gak liat apa keringat udah segede jagung gini. Belum lagi lidah yang hampir patah gara2 salah dialog terus*
Seharian kami disana, bersama hampir seratus anak2 SMA yang dengan semangat menyukseskan video tahunan mereka.
Sangat menyenangkan bekerja dengan mereka, banyak ketawanya, dan mereka sangat serius dalam prosesnya.
Aku pribadi salut atas keinginan mereka untuk membuat sesuatu yang bisa diingat kelak oleh mereka.
Keinginan untuk tetap menjaga silaturahmi dan juga sebagai kenangan. Karena setelah kelulusan, aku yakin banyak yang tidak akan tahu kabar masing2.
Video itu menjadi sebuah saksi, bahwa dulu mereka pernah bersama.
***
Dan jangan ditanya aktingku di video itu... melihatnya saja tadi malam sudah seperti mimpi buruk buatku. *Terimakasih buat kalian bertiga, yang dengan busuknya merencanakan semua ini. Semoga tuhan membalasnya.. :P*
Read more...